The 1st INSECONBI 2018 (International Seminar: Conservation on Biodiversity of Tropical Forest & Wet Lands”)

0
341

Taman Kiram Sabirin, Desa Kiram Kabupaten Banjar, 9- 10 Juli 2018 – PHLB ULM (Pusat Inovasi, Teknologi, Komersialisasi, Manajemen: Hutan & Lahan Basah), yang dulunya bernama : PUI PT KR PHTB (Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Konsorsium Riset Pengelolaan Hutan Tropis Berkelanjutan) Universitas Lambung Mangkurat  kembali menyelenggarakan seminar internasional pada tahun 2018 ini.  Seminar kali ini merupakan  seminar yang ke-4 kali diselenggarkan oleh PHLB. Sejak  tahun 2015  secara berturut-turut setiap tahun PHLB selalu menyelenggarakan seminar internasional dengan tema yang berbeda.  Hal ini dikarenakan cakupan yang cukup luas, dari hulu hingga ke hilir yang harus menjadi fokus kegiatan dari PHLB, agar mencapai visi-misinya yaitu sebagai center of excellent dalam pengelolaan hutan tropis dan pengelolaan hasil hutannya baik dalam skala nasional maupun internasional.

Pada tahun 2015, penyelenggaraan seminar internasional oleh PUI PT KR PHTB (nama PHLB waktu itu), diselenggarakan bersama ELTI mengambil tema seminar yaitu : The 1 st INSEFOR (International Seminar : Forest Rehabilitation on Post Mining Areas: Mitigating the Ecological and Socio-Economic Impacts of Mining), selanjutnya pada tahun 2016 dan 2017 berturut-turut mengambil tema : The 1st INOVCOM-FP  dan The 2nd INOVCOM-FP (International Conference on Innovation and Commercialization of Forest Product).  Pada tahun ini, tema seminar mengarah ke arah konservasi dan biodiversity, yaitu: 1st INSECONBI (International Seminar: Conservation on Biodiversity of Tropical Forest & Wet Lands).  Selain temanya yang  baru, penyelenggaraan seminar juga berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena pada tahun ini nuansa alam sangat ditonjolkan. Hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan tema seminarnya. Oleh karena itu seminar  dilaksanakan dengan nuansa alam, bertempat di Taman Kiram Sabirin (Kabupaten Banjar), pada tanggal 9 Juli 2018, dilanjutkan dengan pelaksanaan fieldtrip pada hari berikutnya yaitu 10 Juli 2018, dengan tujuan pertama adalah : Kebun Raya Banua, dilanjutkan ke Taman Agrowisata Desa Karang Taruna Kecamatan Plehari dan terakhir melihat tempat konservasi hewan langka, khas Kalimantan yaitu Bekantan di Kawasan Konservasi Bekantan, Desa Panjaratan, Kecamatan Plehari, Kabupaten Tanah Laut.

Seminar tahun ini terasa berbeda, selain karena baru pertama kali bernuansa alam dan diselenggarakan di tempat wisata alam, juga karena besarnya partisipasi para peserta dari luar negeri.  Dari total 150 peserta dan undangan yang hadir,  25 orang diantaranya adalah dari peserta dan pemakalah dari luar negeri, yang terdiri dari para ahli, peneliti dan mahasiswa dari Australia, Belanda, dan Cekoslovakia, selain dari Indonesia sendiri.  Acara dimulai dengan sambutan dari Guberrnur Kalsel, yang dibacakan oleh Staff Ahli Bidang Pemerintahan Hukun & Poltik (Drs. H. Gusti Burhanuddin, M.Si), dan dilanjutkan pemaparan oleh para pembicara, antara lain: Dr.  Ir. H. Mahrus Aryadi, M.Sc (Kepala BKSDA Propinsi Kalsel), Prof. Jatna Supriatna, M.Sc., Ph.D. (ahli primata dari Universitas Indonesia, dan pernah sebagai kepala RCCC (Research Center for Climate Change), Prof. Matt Hayward (ahli singa dari New Castle University, Australia), Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si (ahli primata dari Pusat Studi Satwa Primata, IPB, Bogor), Prof. Michael Mahony (ahli katak dari New Castle University), Dr. Satyawan Pudyatmoko (ahli ekologi dan konservasi alam, dari UGM, Yogjakarta), Dr. Irdika Mansur, M.For.Sc (Direktur Seameo Biotrop), Dr. Ir. Sri Rahayu, M.Si (ahli konservasi tumbuhan dari Kebun Raya Bogor), Dr. Abdul Gafur M.Si, M.Sc, Ph.D (ahli nematoda dari FMIPA, ULM, Banjarbaru), dan Prof. Dr. Ir. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc (ahli biodiversity dan ekologi dari Fakultas Kehutanan, ULM ; juga sebagai Ketua PHLB ULM, Banjarbaru).

Seminar tahun ini terasa berbeda, selain karena baru pertama kali bernuansa alam dan diselenggarakan di tempat wisata alam, juga karena besarnya partisipasi para peserta dari luar negeri.  Dari total 150 peserta dan undangan yang hadir,  25 orang diantaranya adalah dari peserta dan pemakalah dari luar negeri, yang terdiri dari para ahli, peneliti dan mahasiswa dari Australia, Belanda, dan Cekoslovakia, selain dari Indonesia sendiri.  Acara dimulai dengan sambutan dari Guberrnur Kalsel, yang dibacakan oleh Staff Ahli Bidang Pemerintahan Hukun & Poltik (Drs. H. Gusti Burhanuddin, M.Si), dan dilanjutkan pemaparan oleh para pembicara, antara lain: Dr.  Ir. H. Mahrus Aryadi, M.Sc (Kepala BKSDA Propinsi Kalsel), Prof. Jatna Supriatna, M.Sc., Ph.D. (ahli primata dari Universitas Indonesia, dan pernah sebagai kepala RCCC (Research Center for Climate Change), Prof. Matt Hayward (ahli singa dari New Castle University, Australia), Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si (ahli primata dari Pusat Studi Satwa Primata, IPB, Bogor), Prof. Michael Mahony (ahli katak dari New Castle University), Dr. Satyawan Pudyatmoko (ahli ekologi dan konservasi alam, dari UGM, Yogjakarta), Dr. Irdika Mansur, M.For.Sc (Direktur Seameo Biotrop), Dr. Ir. Sri Rahayu, M.Si (ahli konservasi tumbuhan dari Kebun Raya Bogor), Dr. Abdul Gafur M.Si, M.Sc, Ph.D (ahli nematoda dari FMIPA, ULM, Banjarbaru), dan Prof. Dr. Ir. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc (ahli biodiversity dan ekologi dari Fakultas Kehutanan, ULM ; juga sebagai Ketua PHLB ULM, Banjarbaru).

 

Dukungan penuh juga diperoleh dari i Pemda Tanah Laut, terutama Dinas Pariwisata Tanah Laut. Hal ini terlihat dari kesiapan dan kemeriahan dalam menyambut para peserta fieldtrip. Antusiasme masyarakat setempat sangat terlihat dalam mempersiapkan dan menyambut tamu / peserta fieldtrip, termasuk suguhan  Tari-tarian daerah serta jamu-jamuan.  Masyarakat secara spontan, rela untuk tidak melakukan aktivitas (bekerja ke ladang) pada hari itu, karena ingin berpartisipasi dalam menyambut peserta fieldtrip.   Kesiapan dan keseriusan Pemda terlihat dari sangat terorganisirnya dalam menyambut tamu dan menyediakan segala perlengkapan yang diperlukan pada saat susur sungai, untuk menuju lokasi kawasan konservasi bekantan.  Selain masyarakat setempat, beberapa instansi dilibatkan pada acara ini, seperti: Dinas Perhubungan, TNI dan Polri.  Beberapa mas media meliput secara spontan acara ini, bahkan menjadi trending topic selama 2 hari berturut-turut.  Masyarakat dan Pemda Tala sangat berharap moment ini bisa sebagai ajang promosi tempat pariwisata dari Desa Panjaratan, khususnya wisata susur sungai dan wisata bekantan.  Lebih penting lagi dari adanya seminar dan acara ini, diharapkan dukungan terhadap program konservasi kawasan bekantan menjadi kian bertambah.  Kesadaran masyarakat setempat akan pentingnya keberadaan kawasan hutan untuk habitat bekantan, dan potensi wisata bekantan bagi kesejahteraan masyarakat di sekitarnya menjadi modal awal bagi pengembangan program wisata khas dari Tanah Laut, terutama yang terpenting adalah bagi terjaganya kelestarian habitat dan satwa khas Kalimantan, yaitu Bekantan.

Sumber: pubdok-phlb-ulm (PHLB-ULM/UM-WEB/01-A305/ 07-2018)